Belajar dan Berbagi
Bismillah;
24 September 2018
LOGO HARI JADI KOTA KUDUS KE-469
Logo Harlah Kota Kudus ini memiliki 3 Komponen utama yaitu:
1. Menara Kudus sebagai asimilasi budaya dan agama, yang didirikan oleh Sunan Kudus yang membawa agama islam masuk kudus dengan kelembutan dan mengajarkan sikap toleransi agar tetap menjaga keharmonisan antar umat beragama.
2. Daun Tembakau : bahwa kota kudus terkenal dengan pusat industri rokok terbesar di Indonesia
3. Angka 469 : sebuah pencapaian masa kota untuk lebih meningkatkan dan menjaga ke religiusan dan kesejahteraan.
4. 6 warna : bermakna unsur keragaman masyarakatnya.
26 Februari 2014
R.A. Kartini terispirasi R.M.P Kartono
R.M.P Sosrokartono atau Raden Mas Panji SosroKartono lahir dari keluarga bangsawan, putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat. R.M.P. Sosrokartono adalah kakak kandung R.A. Kartini. R.M.P. Sosrokartono yang memberi inspirasi kepada R.A. Kartini untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. R.M. Panji Sosrokartono juga dikenal belanda sebagai dr. Air Putih, karena dia bisa mengobati penyakit hanya dengan menggunakan media air putih.
RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 26 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah Nusantara. Sejak kecil Sosrokartono sudah dikenal cerdas, sekolah dasar di Eropesche Lagere School di Jepara. Sekolah menengah di Hogere Burgerschool di Semarang dan menjadi mahasiswa pertama yang melanjutkan pendidikannya ke Belanda 1898. Awalnya Sosrokartono mengambil teknik di Leiden, kemudian berpindah ke jurusan bahasa dan kesusastraan Timur.
Sosrokartono menyelesaikan studinya dengan Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, kemudian mengembara di benua Eropa. Menjelajah diberbagai pekerjaan seperti seorang penerjemah dan wartawan di media Eropa hingga menjadi wartawan Amerika Serikat The New York Herald Tribune, bertugas meliput Perang Dunia (PD) I.
Ketika menjalankan tugas sebagai wartawan, sosrokartono diberi pangkat mayor oleh sekutu guna memperlancar tugasnya. Setelah PD I selesai, Sosrokartono kembali menjadi penterjemah di Wina, Di Wina ia terkenal sebagai seorang “jenius dari Timur”, kemudian ahli bahasa pada Kedubes Prancis di Den Haag, dan penerjemah di kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Jenewa.
Di dalam buku ‘Memoir’ Drs Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa.
Profesor Dr JHC Kern, dosen pembimbingnya di Universitas Leiden, pernah mengundang Sosrokartono untuk menjadi pembicara dalam Kongres Bahasa dan Sastra Belanda ke-25 di Gent, Belgia, pada September 1899. Dalam kongres yang membicarakan masalah bahasa dan sastra Belanda di pelbagai negara itu, Sosrokartono mempersoalkan hak-hak kaum pribumi di Hindia Belanda yang tak dipenuhi pemerintah jajahan.
Dalam pidatonya yang berjudul Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Indonesia), Sosrokartono antara lain mengungkapkan:
“Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh dari siapa pun yang akan membikin kita (Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan akan menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita yang luhur lagi suci. Selama matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya tantang!”
Kini, R.M.P Sosrokartono, seperti halnya sang adik, RA Kartini, juga dikenal sebagai pejuang pendidikan. R.M.P Sosrokartono wafat 8 Februari 1952, tanpa meninggalkan istri dan anak. Dia dikebumikan di makam Sedo Mukti, Desa Kaliputu Kudus, Jawa Tengah di samping makam kedua orang tuanya Nyai Ngasirah dan RMA Sosroningrat.
Di nisan sebelah kiri terdapat kata-kata terpilih Kartono:
Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji.
Di nisan sebelah kanan tercantum kalimat:
Trimah mawi pasrah (rela menyerah terhadap keadaan yang telah terjadi), Suwung pamrih tebih ajrih (jika tak berniat jahat, tidak perlu takut), langgeng tan ana susah tan ana bungah (tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka), anteng manteng sugeng jeneng (diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
Lanjut Baca Jonk - R.A. Kartini terispirasi R.M.P Kartono
RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 26 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah Nusantara. Sejak kecil Sosrokartono sudah dikenal cerdas, sekolah dasar di Eropesche Lagere School di Jepara. Sekolah menengah di Hogere Burgerschool di Semarang dan menjadi mahasiswa pertama yang melanjutkan pendidikannya ke Belanda 1898. Awalnya Sosrokartono mengambil teknik di Leiden, kemudian berpindah ke jurusan bahasa dan kesusastraan Timur.
Sosrokartono menyelesaikan studinya dengan Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, kemudian mengembara di benua Eropa. Menjelajah diberbagai pekerjaan seperti seorang penerjemah dan wartawan di media Eropa hingga menjadi wartawan Amerika Serikat The New York Herald Tribune, bertugas meliput Perang Dunia (PD) I.
Ketika menjalankan tugas sebagai wartawan, sosrokartono diberi pangkat mayor oleh sekutu guna memperlancar tugasnya. Setelah PD I selesai, Sosrokartono kembali menjadi penterjemah di Wina, Di Wina ia terkenal sebagai seorang “jenius dari Timur”, kemudian ahli bahasa pada Kedubes Prancis di Den Haag, dan penerjemah di kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Jenewa.
Di dalam buku ‘Memoir’ Drs Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa.
Profesor Dr JHC Kern, dosen pembimbingnya di Universitas Leiden, pernah mengundang Sosrokartono untuk menjadi pembicara dalam Kongres Bahasa dan Sastra Belanda ke-25 di Gent, Belgia, pada September 1899. Dalam kongres yang membicarakan masalah bahasa dan sastra Belanda di pelbagai negara itu, Sosrokartono mempersoalkan hak-hak kaum pribumi di Hindia Belanda yang tak dipenuhi pemerintah jajahan.
Dalam pidatonya yang berjudul Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Indonesia), Sosrokartono antara lain mengungkapkan:
“Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh dari siapa pun yang akan membikin kita (Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan akan menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita yang luhur lagi suci. Selama matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya tantang!”
Kini, R.M.P Sosrokartono, seperti halnya sang adik, RA Kartini, juga dikenal sebagai pejuang pendidikan. R.M.P Sosrokartono wafat 8 Februari 1952, tanpa meninggalkan istri dan anak. Dia dikebumikan di makam Sedo Mukti, Desa Kaliputu Kudus, Jawa Tengah di samping makam kedua orang tuanya Nyai Ngasirah dan RMA Sosroningrat.
Di nisan sebelah kiri terdapat kata-kata terpilih Kartono:
Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji.
Di nisan sebelah kanan tercantum kalimat:
Trimah mawi pasrah (rela menyerah terhadap keadaan yang telah terjadi), Suwung pamrih tebih ajrih (jika tak berniat jahat, tidak perlu takut), langgeng tan ana susah tan ana bungah (tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka), anteng manteng sugeng jeneng (diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
Sejarah Desa Wisata Kaliputu dan Jenang Kudus
Berlimpahnya kekayaan sejarah budaya di indonesia merupakan anugrah dari Tuhan yang kita syukuri dan lestarikan. Berbagai macam budaya lokal di setiap daerah, suku, serta ras yang berbeda di tiap daerah merupakan aset budaya nasional indonesia yang harus tetap dilestarikan. Walaupun berbeda budaya dan adat istiadat, namun semangat nasionalisme harus tetap dijaga. Hal itu diharapkan agar bermacam budaya dan tradisi tersebut tetap terjaga dan terlestarikan ditengah-tengah perkembangan zaman.
Salah satu kota yang paling bersejarah dikota kudus adalah Desa Wisata Kaliputu, dimana banyak cerita rakyat yang erat dengan kota kudus. Hali ini tidak lepas dari perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangung atau bisa dikenal dengan Saridin serta Dempok Soponyono dan Cucunya. Ceritanya konon saat Mbah Dempok soponyono sedang bermain dengan burung dara peliharaanya dipinggir sungai, tanpa disadari cucunnya tercebur dan hanyut.
Dalam cerita ini ada beberapa versi yang berpendapat berbeda mengenai kelanjutan cerita rakyat ini. Yang pertama mengatakan bahwa cucu Dempok Soponyono selamat namun digangu oleh penunggu sungai (Banaspati). Sedangkan versi yang kedua menyebutkan bahwa anak tersebut ditolong oleh warga, tapi sementara mbah Dempok Soponyono telah menyadari cucunya telah hanyut terbawa arus.
Akhirnya Kedua versi tersebut bertemu kembali pada saat Sunan Kudus dan Syekh jangkung sedang lewat lalu kerumunan orang yang melihat keadaan cucu Mbak Dempok Soponyono. Sunan Kudus berkesimpulan si anak sudah meninggal, namun Syekh jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok Soponyono masih hidup tetapi mati suri. Kemudian Mbah dempok mengintruksikan ibu-ibu setempat untuk membuat bubur yang terbuat dari tepung beras dan santan kelapa agar si anak cepat sembuh dan siuman kembali.
Dari cerita legenda tersebut, berkembanglah asumsi bahwa bubur tersebut membawa berkah dan menjadikan usaha bubur yang sekarang dikenal dengan "Jenang" atau dodol di Desa Kaliputu Kudus. Mulai dari acara Tradisonal sampai dengan lingkup kota kudus, hingga berkembang menjadi makanan khas yang dikenal masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara.
Kemudian lahirlah sejarah jenang kota kudus tradisi kirab "Tebokan" yang biasanya dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram sebagai bentuk rasa syukur atas berkah dari usaha jenang, tepatnya di Desa Wisata Kaliputu Kota Kudus.
Tradisi "Tebokan" ini biasanya dilakukan sebagai wujud rasa syukur pengusaha jenang dikudus. Perusahana Home industri produk jenang dimulai dari Desa Wisata Kaliputu Kudus. Salah satunnya adalah perusahaan jenang kudus "Sinar Fadhil" yang menjadi bagian dari pelopor industri Jenang dan Dodol di Desa Wisata Kaliputu Kudus.
Tradisi "Tebokan" sudah menjadi agenda rutin pemerintah kota kudus khusunya Desa Kaliputu, selain sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, moment ini menjadikan visualisasi pengusaha jenang untuk kreatifitas arak-arakan dan berbagi produk untuk lebih dikenal di masyarakat luas. Kirab Tebokan dilaksanakan secara kidmat dengan meragakan pakaian adat tradisional dan tidak ketingalan anak-anak kecil dilibatkan dalam acara tersebut dengan membawa nampan jenang karna visualisasi ini diambil dari kata "Tebokan" sendiri yang berasal dari generasi pertama yang meletakkan jenang di atas nampan kecil (tebok) yang terbuat dari anyaman bambu sebagai sunguhan untuk tamu. Sehingga ketika arak-arakan tidak lepas dari banyak orang yang membawa tebok yang berisi jenang dengan pakaian adat tradisional yang dibagi-bagikan kepada warga yang hadir diacara Kirab Tebokan.
Lanjut Baca Jonk - Sejarah Desa Wisata Kaliputu dan Jenang Kudus
Salah satu kota yang paling bersejarah dikota kudus adalah Desa Wisata Kaliputu, dimana banyak cerita rakyat yang erat dengan kota kudus. Hali ini tidak lepas dari perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangung atau bisa dikenal dengan Saridin serta Dempok Soponyono dan Cucunya. Ceritanya konon saat Mbah Dempok soponyono sedang bermain dengan burung dara peliharaanya dipinggir sungai, tanpa disadari cucunnya tercebur dan hanyut.
Dalam cerita ini ada beberapa versi yang berpendapat berbeda mengenai kelanjutan cerita rakyat ini. Yang pertama mengatakan bahwa cucu Dempok Soponyono selamat namun digangu oleh penunggu sungai (Banaspati). Sedangkan versi yang kedua menyebutkan bahwa anak tersebut ditolong oleh warga, tapi sementara mbah Dempok Soponyono telah menyadari cucunya telah hanyut terbawa arus.
Akhirnya Kedua versi tersebut bertemu kembali pada saat Sunan Kudus dan Syekh jangkung sedang lewat lalu kerumunan orang yang melihat keadaan cucu Mbak Dempok Soponyono. Sunan Kudus berkesimpulan si anak sudah meninggal, namun Syekh jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok Soponyono masih hidup tetapi mati suri. Kemudian Mbah dempok mengintruksikan ibu-ibu setempat untuk membuat bubur yang terbuat dari tepung beras dan santan kelapa agar si anak cepat sembuh dan siuman kembali.
Dari cerita legenda tersebut, berkembanglah asumsi bahwa bubur tersebut membawa berkah dan menjadikan usaha bubur yang sekarang dikenal dengan "Jenang" atau dodol di Desa Kaliputu Kudus. Mulai dari acara Tradisonal sampai dengan lingkup kota kudus, hingga berkembang menjadi makanan khas yang dikenal masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara.
Tradisi "Tebokan" ini biasanya dilakukan sebagai wujud rasa syukur pengusaha jenang dikudus. Perusahana Home industri produk jenang dimulai dari Desa Wisata Kaliputu Kudus. Salah satunnya adalah perusahaan jenang kudus "Sinar Fadhil" yang menjadi bagian dari pelopor industri Jenang dan Dodol di Desa Wisata Kaliputu Kudus.
Tradisi "Tebokan" sudah menjadi agenda rutin pemerintah kota kudus khusunya Desa Kaliputu, selain sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, moment ini menjadikan visualisasi pengusaha jenang untuk kreatifitas arak-arakan dan berbagi produk untuk lebih dikenal di masyarakat luas. Kirab Tebokan dilaksanakan secara kidmat dengan meragakan pakaian adat tradisional dan tidak ketingalan anak-anak kecil dilibatkan dalam acara tersebut dengan membawa nampan jenang karna visualisasi ini diambil dari kata "Tebokan" sendiri yang berasal dari generasi pertama yang meletakkan jenang di atas nampan kecil (tebok) yang terbuat dari anyaman bambu sebagai sunguhan untuk tamu. Sehingga ketika arak-arakan tidak lepas dari banyak orang yang membawa tebok yang berisi jenang dengan pakaian adat tradisional yang dibagi-bagikan kepada warga yang hadir diacara Kirab Tebokan.
25 Februari 2014
Function Generate Permalink
Fungsi ini untuk generate output URL, contoh misal "link sinarfadhil" maka di URL output menjadi "link-sinarfadhil"
Lanjut Baca Jonk - Function Generate Permalink
function get_permalink($str) { setlocale(LC_ALL, 'en_US.UTF8'); $plink = iconv('UTF-8', 'ASCII//TRANSLIT', $str); $plink = preg_replace("/[^a-zA-Z0-9\/_| -]/", '', $plink); $plink = strtolower(trim($plink, '-')); $plink = preg_replace("/[\/_| -]+/", '-', $plink); return $plink; }//monggo dioba ... sukses
Function Number Synoptic
Fungsi untuk menyederhanakan nominal agar tidak terlalu panjang, contoh
Rp. 10.000.000 result Rp.10 JT
Lanjut Baca Jonk - Function Number Synoptic
Rp. 10.000.000 result Rp.10 JT
function nice_number($n) { // first strip any formatting; $n = (0 + str_replace(",", "", $n)); // is this a number? if (!is_numeric($n)) return false; // now filter it; if ($n > 1000000000000) return round(($n / 1000000000000), 1) . ' T'; else if ($n > 1000000000) return round(($n / 1000000000), 1) . ' M'; else if ($n > 1000000) return round(($n / 1000000), 1) . ' Jt'; else if ($n > 1000) return round(($n / 1000), 1) . ' K'; return number_format($n); }//monggo dicoba .. sukses
Function Generate Random Code
function generateRandomCode($length = 8) { // Available characters $chars = '0123456789abcdefghjkmnoprstvwxyz'; $Code = ''; // Generate code for ($i = 0; $i < $length; ++$i) { $Code .= substr($chars, (((int) mt_rand(0, strlen($chars))) - 1), 1); } return strtoupper($Code); }
29 Oktober 2012
Semarak Kota Kudus
kudus merupakan kabupaten kecil luas wilayah 42.516 Ha yang terbagi 9 kecamtan .Dan salah satu kota pengerak perekonomian daerah dan pusat, pesatnya perkembangan di era globalisasi yang semakin berkembang ini terlihat dari banyaknya pusat central industri dan perdagangan dari menengah sampai level tertinggi di negara ini. Di sektor perekonomian khusunya masyarakat sekitar juga ikut merasakan perkembangan tersebut, terbukti dengan mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi yang besar di PDRB. Kabupaten kuds kota semarak, kota industri dan perdagangan, kota budaya dan penghasil jenang, dodol, kertas, olahan tembakau dan kerajinan tangan.
Satu Suara ciptakan alur perekonomian daerah yang berkesinambungan
MARI BERSAMA MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA.
MARI BERSAMA MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA.
sumber image : 108csr.com/mentriperdagangan
Langganan:
Postingan (Atom)