26 Februari 2014

Sejarah Desa Wisata Kaliputu dan Jenang Kudus

Berlimpahnya kekayaan sejarah budaya di indonesia merupakan anugrah dari Tuhan yang kita syukuri dan lestarikan. Berbagai macam budaya lokal di setiap daerah, suku, serta ras yang berbeda di tiap daerah merupakan aset budaya nasional indonesia yang harus tetap dilestarikan. Walaupun berbeda budaya dan adat istiadat, namun semangat nasionalisme harus tetap dijaga. Hal itu diharapkan agar bermacam budaya dan tradisi tersebut tetap terjaga dan terlestarikan ditengah-tengah perkembangan zaman.

Salah satu kota yang paling bersejarah dikota kudus adalah Desa Wisata Kaliputu, dimana banyak cerita rakyat yang erat dengan kota kudus. Hali ini tidak lepas dari perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangung atau bisa dikenal dengan Saridin serta Dempok Soponyono dan Cucunya. Ceritanya konon saat Mbah Dempok soponyono sedang bermain dengan burung dara peliharaanya dipinggir sungai, tanpa disadari cucunnya tercebur dan hanyut.

Dalam cerita ini ada beberapa versi yang berpendapat berbeda mengenai kelanjutan cerita rakyat ini. Yang pertama mengatakan bahwa cucu Dempok Soponyono selamat namun digangu oleh penunggu sungai (Banaspati). Sedangkan versi yang kedua menyebutkan bahwa anak tersebut ditolong oleh warga, tapi sementara mbah Dempok Soponyono telah menyadari cucunya telah hanyut terbawa arus.

Akhirnya Kedua versi tersebut bertemu kembali pada saat Sunan Kudus dan Syekh jangkung sedang lewat lalu kerumunan orang yang melihat keadaan cucu Mbak Dempok Soponyono. Sunan Kudus berkesimpulan si anak sudah meninggal, namun Syekh jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok Soponyono masih hidup tetapi mati suri. Kemudian Mbah dempok mengintruksikan ibu-ibu setempat untuk membuat bubur yang terbuat dari tepung beras dan santan kelapa agar si anak cepat sembuh dan siuman kembali.

Dari cerita legenda tersebut, berkembanglah asumsi bahwa bubur tersebut membawa berkah dan menjadikan usaha bubur yang sekarang dikenal dengan "Jenang" atau dodol di Desa Kaliputu Kudus. Mulai dari acara Tradisonal sampai dengan lingkup kota kudus, hingga berkembang menjadi makanan khas yang dikenal masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara.
Kemudian lahirlah sejarah jenang kota kudus tradisi kirab "Tebokan" yang biasanya dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram sebagai bentuk rasa syukur atas berkah dari usaha jenang, tepatnya di Desa Wisata Kaliputu Kota Kudus.
Tradisi "Tebokan" ini biasanya dilakukan sebagai wujud rasa syukur pengusaha jenang dikudus.  Perusahana Home industri produk jenang dimulai dari Desa Wisata Kaliputu Kudus. Salah satunnya adalah perusahaan jenang kudus "Sinar Fadhil" yang menjadi bagian dari pelopor industri Jenang dan Dodol di Desa Wisata Kaliputu Kudus. 

Tradisi "Tebokan" sudah menjadi agenda rutin pemerintah kota kudus khusunya Desa Kaliputu, selain sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, moment ini menjadikan visualisasi pengusaha jenang untuk kreatifitas arak-arakan dan berbagi produk untuk lebih dikenal di masyarakat luas. Kirab Tebokan dilaksanakan secara kidmat dengan meragakan pakaian adat tradisional dan tidak ketingalan anak-anak kecil dilibatkan dalam acara tersebut dengan membawa nampan jenang karna visualisasi ini diambil dari kata "Tebokan" sendiri yang berasal dari generasi pertama yang meletakkan jenang di atas nampan kecil (tebok) yang terbuat dari anyaman bambu sebagai sunguhan untuk tamu. Sehingga ketika arak-arakan tidak lepas dari banyak orang yang membawa tebok yang berisi jenang dengan pakaian adat tradisional yang dibagi-bagikan kepada warga yang hadir diacara Kirab Tebokan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar