2 Juni 2012

Belajar dari Gusdur

Ki yai H.Abdurrahman Wahid atau akrab di sapa Gusdur, Gus ini adalah nama panggilan kehormatan khas Pesantren kepada anak seoarang kiyai yang berarti mas.

Gusdur lahir di Jombang Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan K.H.Wahid Hasyim dan Hj.Sholehah dan Kakeknya K.H.Wahid Hasyim Asyari Pendiri Oraganisasi islam Nahdhatul Ulama. Ia menikah dengan Shinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri; Alisa, Yenny, Anita dan Inayah.

Dalam riwayat pendidikan, Gus Dur pernah belajar di Universitas Al Azhar Kairo, mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Namun, kuliahnya di Al Azhar kurang mulus. Pada 1966, Gus Dur pindah ke Universitas Baghdad. Gus Dur menyelesaikan pendidikannya di Universitas Bagdhad pada 1970. Gus Dur juga pernah belajar di Universitas Leiden, belanda. Dari Belanda, Gus Dur pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971. (detik.com)
 
Gusdur menurut saya adalah Kiyai, Guru bangsa, Guru bangsa kontroversial yang terkadang kita untuk sulit dimengerti yang pemikiranya jauh kedepan untuk semua keutuhan bangsa dan kerukuran antar umat beragam. Banyak kisah-kisah dari  gusdur yang menginspirasi kita semua, salah satunya adalah mengusung tentang plurarisme. Dan pada saat beliau menjabat sebagai Pemimpin Negara (Presiden), Ia menjadikan Konghucu agama resmi negara. Gus Dur juga mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang kegiatan warga Tionghoa, serta menetapkan Imlek hari libur nasional.

Perjuagan Gusdur untuk Pluralisme tidak mudah banyak  yang belum mengerti apa makna dari sekedar rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain.

Gusdur meninggal dunia 30 Desember 2009, pada usia 69 tahun di Kompleks Ponpes Tebu Ireng, Jombang.
 Sepeninggal gusdur, Melestarikan Pluralisme merupakan penghargaan terbesar jauh dari kepahlawanan nasional. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar